Jakarta – Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Sunarso, baru-baru ini meningkatkan porsi kepemilikan sahamnya dalam perusahaan. Langkah ini disinyalir sebagai bagian dari strategi memperkokoh posisinya di tengah dinamika pasar saham yang penuh tantangan.
Menurut keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) tertanggal 24 Januari 2025, Sunarso melakukan pembelian sebanyak 210.000 saham BBRI pada harga Rp4.200 per saham, yang berarti Sunarso menginvestasikan total Rp882 juta untuk memperoleh saham tersebut. Pembelian ini dilakukan pada 16 Januari 2025 dan menjadikan total kepemilikan saham Sunarso sebesar 5.658.656 lembar. Di sisi lain, sebelumnya Sunarso tercatat memiliki 5.868.656 lembar saham secara langsung, Jumat, 24 Januari 2025.
Meskipun langkah tersebut menunjukkan kepercayaan Sunarso terhadap perusahaannya, pagi ini penutupan perdagangan pada sesi pertama menunjukkan sedikit pelemahan sebesar 0,93 persen menjadi Rp4.260 per saham. Ini menunjukkan penurunan dari posisi tertinggi sebelumnya di Rp4.350 per saham. Meskipun begitu, dalam sepekan terakhir, saham BBRI telah mengalami kenaikan sebesar 2,90 persen, menandakan performa positif dalam jangka pendek.
Menariknya, BRI belum merilis laporan keuangan tahun 2024 menjelang akhir Januari 2025. Namun, data dari rangkuman Stockbit memberi sedikit gambaran kinerja keuangan perusahaan. Laba bersih BRI dari Januari hingga November 2024 mencapai Rp50 triliun, membukukan pertumbuhan 4 persen year on year (yoy). Sektor kredit juga menunjukkan performa baik dengan pertumbuhan 5 persen yoy hingga November 2024, sejalan dengan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 7 persen yoy, didorong oleh pertumbuhan Current Account Savings Account (CASA).
Langkah Sunarso tidak hanya menunjukkan keyakinannya terhadap prospek BRI tetapi juga memberikan sinyal positif ke pasar. "Tindakan ini adalah wujud kepercayaan saya terhadap potensi dan kestabilan perusahaan di tengah kondisi ekonomi global yang menantang," tegas Sunarso dalam pernyataannya.
Sementara itu, faktor eksternal dan internal turut mempengaruhi rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tercatat melandai ke level 87,9 persen pada November 2024. Situasi ini menjadi indikator penting bagi investor dalam mengevaluasi risiko dan prospek BRI ke depannya.
Keseriusan Sunarso dalam meningkatkan investasinya di BRI menunjukkan bahwa manajemen masih melihat potensi besar dalam pertumbuhan perusahaan, meski dihadapkan pada tantangan pasar yang dinamis. Upaya ini juga diharapkan dapat menambah kepercayaan investor lain untuk tetap optimis terhadap saham BBRI.
Secara keseluruhan, langkah Sunarso dalam menambah kepemilikan saham di perusahaan yang dipimpinnya bukan hanya mengindikasikan keyakinan pada stabilitas keuangan BRI, tetapi juga mencerminkan strategi jangka panjang dalam memperkuat posisi di sektor perbankan nasional. BRI sendiri terus menunjukkan kekuatan fundamental melalui pertumbuhan laba bersih dan DPK yang positif, meskipun masih ada langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menjaga performa di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Dengan demikian, sentimen pasar terhadap saham BBRI bisa saja mengalami perubahan seiring dengan rilis laporan keuangan yang akan memperjelas kondisi keuangan perusahaan sepanjang tahun 2024. Hingga saat itu, keputusan Sunarso untuk memperkuat kepemilikan sahamnya dapat dilihat sebagai langkah strategis dalam memperkuat fondasi BRI di masa depan.