Jakarta - Pada perdagangan pasar spot hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan yang signifikan. Menurut data terbaru yang dilansir oleh Bloomberg, pada pukul 10.00 WIB, rupiah berada di level Rp 16.254 per dolar AS. Ini menandakan penurunan sebesar 0,27 persen dibandingkan dengan penutupan sebelumnya yang tercatat di angka Rp 16.210 per dolar AS.
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra memaparkan bahwa indeks dolar AS mengalami penguatan pagi ini, mencapai level 109,0, naik dari posisi sebelumnya di 108,63. "Penguatan dolar AS ini dipicu oleh kabar bahwa Presiden terpilih Donald Trump akan mendeklarasikan darurat nasional. Langkah ini bertujuan untuk mendorong rencana pengenaan bea masuk impor yang lebih tinggi, sehingga memberikan dorongan tambahan pada nilai dolar," kata Ariston, Kamis, 9 Januari 2025.
Selain kebijakan Donald Trump, data ekonomi AS yang menunjukkan hasil positif juga menjadi faktor pendorong penguatan dolar AS. Data terbaru mengenai klaim tunjangan pengangguran mingguan di AS menunjukkan penurunan jumlah klaim, berada di kisaran 201.000, lebih rendah dibandingkan posisi sebelumnya di 211.000. Data ini memperkuat optimisme pasar terhadap kondisi ekonomi AS, seiring dengan ekspektasi bahwa perekonomian negara tersebut semakin menguat.
Dalam pandangannya, Ariston Tjendra menambahkan, "Hari ini rupiah masih berpotensi untuk melemah lebih lanjut terhadap dolar AS. Kemungkinan besar akan bergerak ke arah Rp 16.250, dengan potensi support di sekitar Rp 16.150." Perubahan dinamika pasar ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar, terutama bagi mereka yang memiliki eksposur tinggi terhadap mata uang asing.
Kondisi pasar valuta asing ini juga tercermin pada kurs tengah Jisdor. Pada hari Rabu, 8 Januari 2025, nilai tukar rupiah berada di level Rp 16.201 per dolar AS, menunjukkan pelemahan jika dibandingkan dengan posisi hari Selasa, 7 Januari 2025, yang berada di level Rp 16.169 per dolar AS. Kondisi ini menggambarkan tren pelemahan rupiah yang cukup konsisten dalam beberapa hari terakhir.
Sebagai informasi tambahan, beberapa bank besar di Indonesia, termasuk BRI, Bank Mandiri, BNI, BCA, dan CIMB Niaga, telah mematok kurs jual dolar AS pada harga yang bervariasi. BRI, misalnya, menetapkan kurs jual di angka Rp 16.260 per dolar AS, sementara kurs beli berada di Rp 16.200 per dolar AS. Di Bank Mandiri, kurs jual tercatat di Rp 16.240 dengan kurs beli Rp 16.215 per dolar AS. Kondisi ini menunjukkan variasi penetapan kurs antar bank yang masih dalam satu rentang harga, mencerminkan respons kebijakan masing-masing bank terhadap dinamika pasar yang terjadi.
Dengan adanya ketidakpastian kebijakan ekonomi global dan dinamika geopolitik yang tidak menentu, ekonomi Indonesia pun dihadapkan dengan tantangan menjaga stabilitas nilai tukar. Para pelaku pasar mengharapkan adanya langkah-langkah strategis dari pemerintah dan otoritas moneter untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar yang cenderung negatif.
Ke depan, semua mata tertuju pada berbagai kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah AS dan bagaimana respons pasar terhadap kebijakan-kebijakan tersebut akan mempengaruhi pergerakan mata uang, termasuk nilai tukar rupiah. Sebagai salah satu pelaku pasar, Ariston menegaskan pentingnya kewaspadaan dalam menghadapi perubahan pasar ini, "Kecermatan dan analisis yang tepat menjadi kunci bagi para pelaku pasar untuk beradaptasi dengan kondisi global yang terus berubah. Pertahankan strategi investasi yang sesuai untuk meminimalkan risiko di saat ketidakpastian seperti ini."
Melalui pemantauan yang cermat dan strategi yang fleksibel, diharapkan pelaku usaha dan masyarakat dapat menghadapi tantangan ekonomi yang ada dan mengambil keputusan yang tepat dalam menghadapi berbagai ketidakpastian ekonomi di tahun 2025 ini. Dengan demikian, diharapkan ekonomi Indonesia dapat terus stabil dan bertahan dalam situasi yang kompetitif dan dinamis ini.